Wednesday, April 1, 2020

Daerah Kasus Corona Tinggi Harus Dikarantina

Team alumni Fakultas Kedokteran Kampus Padjadjaran (Unpad) angkatan 1994 membahas pilihan karantina daerah untuk salah satunya tindakan tanggapan pemutusan rantai penyebaran COVID-19. Apa hasilnya?



Dalam analisis itu dipakai data masalah yang dikeluarkan Kemenkes di Indonesia per 29 Maret 2020 dengan jumlahnya 1. 285 masalah serta 114 kematian serta literatur ilmiah yang telah diterbitkan. Dosen Departemen Pengetahuan Kesehatan Warga Fakultas Kedokteran Unpad Bony Wiem Lestari menerangkan kesemua orang mempunyai potensi untuk terkena COVID-19.

Baca Juga : Etika Bisnis

" Evaluasi dari China yang disampaikan oleh WHO mengaitkan jika kesemua orang rawan terkena (susceptible) akan virus ini, karena itu diperlukan kebijaksanaan yang benar-benar agresif, " kata Bony waktu dihubungi detikcom pada Selasa (31/3/2020).

Bony menerangkan formula detect-trace-test dengan karantina daerah direferensikan untuk daerah yang mempunyai jumlahnya masalah banyak, baik itu masalah sporadis, terklaster, atau penyebaran komune.

" Untuk memutuskan rantai penyebaran COVID ini, kita perlu mengetahui tingkatan epideminya, yakni daerah tidak ada masalah, daerah dengan masalah sporadis, daerah dengan masalah terklaster, serta daerah dengan penyebaran komune, " katanya.

Baca Juga : Pengertian Etika Bisnis

Selanjutnya, karantina daerah harus diikuti dengan taktik berbentuk tes yang agresif pada masalah tersangka pasien serta kisah kontaknya untuk memutuskan rantai penyebaran. " Karantina ini pasti tidak gampang sebab bukan hanya menyertakan bidang kesehatan, dan juga bidang yang lain untuk jamin tersedianya logistik buat warga sepanjang itu digerakkan. " tuturnya.

Tersedianya logistik yang disebut mencakup bahan pangan, obat-obatan, bahan bakar, dan sebagainya. Bila diambil jadi satu pilihan oleh pemprov atau kota/kabupaten dengan izin pemerintah pusat, katanya, harus dihitung persiapan semua aspeknya.

" Supaya tidak berefek jelek serta berlebihan pada kesejahteraan warga dalam beberapa perspektifnya, " katanya.

Bony lakukan analisis bersama-sama partnernya yang datang dari multidisiplin kesehatan, seperti public health profesional Dr Ridwan Jack Gustiana, birokrat kesehatan Dr Hendro, serta dokter spesialis anak Dr Irman Permana.

Tidak hanya pemeriksaan karantina daerah, lewat pendekatan bidang kesehatan, diketemukan kemampuan skema kesehatan perlu dinaikkan untuk turunkan angka kematian karena COVID-19.

" Mengingat tenaga kesehatan ialah garda paling depan dalam service yang mempunyai potensi kontak langsung dengan pasien, perlu dinyatakan perlindungannya dengan memakai piranti perlindungan diri, " tutur Bony.

Baca Juga : Etika Bisnis Adalah

" Direncanakan satu tenaga kesehatan diperlukan untuk menjaga 30 pasien khususnya dengan tanda-tanda pneumonia serta penyakit gawat. Bila dipandang masih tidak cukup, bisa dipikir untuk mengambil relawan bagian kesehatan lewat organisasi karier tenaga kesehatan dibarengi penataan kuasa klinis yang sesuai dengan. Bila dipandang masih tidak cukup, bisa dipikir untuk minta pertolongan ke luar negeri (China serta Korsel contohnya) sebab dengan rasio 4 dokter per 10 ribu masyarakat serta distribusi tidak rata, banyak daerah akan susah mengatasi pandemi ini, " katanya.

Pengkajian yang dilaksanakan sepanjang satu minggu ini memakai literatur yang mengambil sumber dari World Health Organization (WHO), euro surveillance, CDC (Centers for Disease Control and Prevention), serta publikasi ilmiah yang selanjutnya diintisarikan dalam analisis ini. Faksinya selalu mengupdate sesuai perubahan masalah Coronavirus di Indonesia.

No comments:

Post a Comment